Sunday, February 7, 2021

anak kampung makan All you can eat

Cerita ini tuh cerita aku dan temen-temen pada tahun 2018. Saat itu aku sedang pendidikan di kampung inggris, Pare, Jawa timur. Sebagai anak kos, makan sehari-hari adalah warteg. Semewah-mewah ya cafe ala-ala yang kalo mesen ice lemon tea, ada irisan lemon digelasnya. 

Singkat cerita, karena hampir beres menempuh pendidikan disana, aku dan ketiga temanku bakal jalan-jalan ke surabaya. Kami pengen makan disalah satu restauran all you can eat di Surabaya. Setelah hitung-hitungan akhirnya kami nekat untuk pergi dengan uang pas-pasan. Yang penting nyampe aja dulu. Packing-packing sudah selesai dari pagi. Rencana kami bakal nunggu bus jam 8 pagi. Jadi setelah sholat subuh udah ga ada yang tidur lagi. Jam 8 pagi kami udah standby di salah satu tempat yang biasanya jadi pemberhentian bus menuju surabaya. Tidak satupun dari kami sarapan karena takut kenyang dan ga puas makan di resto all you can eat tersebut. Keringetan, panas, berdiri nunggu bus ke surabaya sambil membayangkan nanti mau makan apa aja. Namun ternyata bus yang ditunggu tak kunjung datang. Baru ada sekitar pukul 10an. Berangkatlah kami ke surabaya menggunakan bus non AC dimana banyak penumpang bau ketek dengan kondisi belum makan apapun. 

Malangnya, jalan menuju surabaya luar biasa macet sehingga kami sampai begitu lama sekali. Sekitar jam duaan kalau tidak salah. Turun dari bus aku bilang ke echi : chi, aku lapar.
Echi : sabar, bentar lagi kamu mau makan semua yang ada di resto itu pun terserah. 

Padahal muka echi juga sudah pucat karena mabuk darat. Kami ga langsung menuju resto tersebut karena mau naro ransel dulu di penginapan. Jadi kami pergi check in dulu dipenginapan. Aku berdua echi dan dina bersama puput. Namanya cewek ya, gitu gini gitu gini ya baru berangkat jam 4 juga dan akhirnya sampai di resto itu jam set 5 an. 

Memasuki resto tersebut, kami girang bukan main. Makanan orang kaya ini bisa makan sepuasnya. Bisa duduk ditempat crazy rich surabaya. Udah dikepala nanti mau update story kayak gimana aja. Udah gaya-gayaan kontrol muka biasa aja seolah-olah bukan pertama kalinya ketempat kayak gini. Akhirnya duduklah kami dsana. Karena semuanya belum makan, kami ngambil makanan secara kesetanan. Semua daging diambil, bakso-baksoan ambil sehingga meja penuh sekali. Orang dibelakang si puput ini ngomong : eh gila mereka ngambil banyak banget. Karena kami adalah orang-orang yang penuh dengan ketidaktahuan, kami nyantai aja menanggapi pernyataan seperti itu. 

10 menit pertama dimulai dengan bakar-bakaran, update story dulu jangan lupa, dan foto-foto grup.
Lalu 10 menit kedua makan dengan lahapnya sampai lupa dunia.
10 menit ketiga masih makan dengan lahap dan kesetanan. Masih mikir kalo lambung nyambung ketanah.
10 menit berikutnya makan dengan tempo yang mulai slow
5 menit selanjutnya lebih slow lagi dan 5 menit berikutnya udahan.
Perut sudah kenyang semua, dan kepalaku pusing karena banyak tertawa dan makan.

Hal yang kami ga tau adalah bahwa kalau diresto all you can eat itu makanannya bersisa, bakal ditimbang dan kita harus bayar. Harga nya 30ribu/100 gram. Itu semua muka udah pada pucat pasi karna makanan masih banyak sekali. Kami hitung-hitung kira-kira kami bakal bayar sekitar 6 jutaan kalo segini banyak. Uang dari mana ya Allah T.T 
Pasrah dengan keadaan, kami ga tau mau dapetin uang 6 juta dari mana. Pahit-pahit ya telpon mama echi bilang echi sakit keras dan butuh 6 juta transfer sekarang. Echi juga tampak tak ada pilihan lain mengingat orangtuanya yang menurut kami paling mampu membayar 6juta seketika. 
Ada ide lain dariku. Aku bilang kita duduk aja 2 jam sampai laper lagi trus makan ini semua. Dan gobloknya kami juga baru tau kalau makan disini tu ada waktunya bukan bebas sesuka hati. Kalau mau ada extra time harus bayar 50rb/30 menit/orang. Yang belum tentu ni makanan bakal habis juga walopun dikasi tambahan waktu.
Hilang akal, kami mulai dengan cara kami masing-masing untuk menghilangkan semua jejak ini. Pelayan-pelayan udah pada liatin meja kami. Kami berusaha ga pasang muka ketakutan. Dina langsung kusuruh untuk membakar semua daging. "Biar airnya hilang kan jadi ringan buat ditimbang" kataku.

Tapi membakar daging ga akan mengurangi berat secara banyak, kupaksa puput makan lagi. Dia nurut meski akhirnya dilepeh begitu saja ditisu. Ga mungkin kita suruh bayar makanan yang dilepeh.  jadi tugas puput adalah mengunyah saja secara wajar. Jangan sampe semuanya lepehan. Bisa-bisa besok kami masuk koran dan viral. Kami masih punya ayah dan ibu yang perlu dijaga nama baiknya. Waktu sudah hampir habis dan kami mulai panik. Aku mengambil langkah untuk menaruh sebagian bakso dan daging kedalam bra. Echi mengambil sebagian bakso-baksoan kedalam tisu dan tas lalu membawanya ke toilet. Puput juga kuminta untuk menaro di kaus kaki. Kami sudah keringat dingin. Ga tau lagi harus gimana.

Dina : kita taro ditas aja
Aku : lihat deh itu ada security jaga ketat banget mau meriksa tas pengunjung yang mau keluar.

Dina menaruh makanan ditisu dan memasukkannya kedalan saku celana jeansnya. Segala nya kami lakukan. Misi ditoilet adalah urusan echi. Lalu sekembalinya echi dari toilet, kami langsung bertanya 

Puput : Gimana? Berhasil kak echi?
Echi : jadi gini
Aku : perasaanku udah ga enak.
Echi : dengerin dulu.
Aku : iya buruan.
Echi : aku udah masukin ni bakso-bakso sialan ke toilet. Trus aku flush. Dan kalian tau apa yang terjadi, ni bakso-bakso g bs masuk. Masih ngambang d toilet.
Aku : ya iyalah secara masa jenis bakso lebih ringan dari air, pasti dia ngambang.
Echi : ya mana aku tau sampai kemasa jenis, bangke. Dengerin dulu, belom selesai. Terus aku mules dan gatahan banget buat pup. Ya aku pup lah ya kan. Menyatu itu bakso-bakso sama pup aku. Aku pikir ya kalo ada pupnya bakalan ngikut ntar baksonya. Dan ternyata, pas aku flush, baksonya tetep ada. Pupnya aja yang hilang. 
Puput : jadi sekarang baksonya mana?
Echi : ya aku ambil lagi ini ada ditas
Dina : bakso udah nyatu sama pup nya kak echi?
Echi : iyaaa

Kami semua terdiam. Tak mampu berkata apapun. Sungguh sangat menjijikan sekali.

Aku : udah lah yuk kita sama-sama minta maap. Udah mukanya memelas aja siapa tau ada keringanan gitu. Siap-siap gadai hp sementara echi pergi ke ATM ya. Udh gatel banget ini badanku.
Echi : serius itu ditaro di bra? Jijik banget
Aku : lebih jijik bakso campur pup lah.

Akhirnya kami pasrah. Gatau lagi harus gimana. Kami memanggil mbak-mbaknya untuk minta dihitung. Dan mba-mbanya langsung bilang :

Udah kekasir aja langsung mb.

Echi : ga perlu ditimbang mba?

Mba-mbak : ga perlu kok

Sontak kami senang dan satu persatu menyalami mbaknya dengan penuh terimakasih.

Namun penderitaan ga sampai disitu saja, pulang dari makan aku langsung dilarikan ke kimia farma terdekat untuk cari dokter memeriksa kadar kolestrol dalam darah. Rasanya mau pingsan dan aku pikir bakal stroke malam itu karena kebanyakan makan daging. Udh ngasi wasiat sama echi untuk ngurus jenazah aku buat dibawa pulang kekampung halaman. Tapi Ternyata itu adalah efek asam lambung yang naik lalu dibantai dengan makan terlalu banyak. Jadi lambungnya kaget. Makan dagingnya ga dikunyah dengan baik lagi.

Kapok. Bener-bener kapok makan di all you can eat lagi 

No comments:

Post a Comment

Padang ke Medan Jalur Darat

  Saya dan teman memutuskan untuk pergi ke Medan jalur darat. Ada satu alasan utama dalam pengambilan keputusan ini, yaitu Antigen. Kami kha...